"Spektakuler, saya teringat pembukaan muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang !". Begitulah sebagian komentar dari salah seorang peserta musywil setelah menyaksikan gelar prosesi pembukaan musyawarah wilayah Muhammadiyah Jawa Barat ke-19 yang diselenggarakan di stadion Dadaha Tasikmalaya, pada hari kamis, 23 Desember 2010.
Puncak acara pembukaan musywil Muhammadiyah Jabar ke-19 itu memang tidak sebagaimana lazimnya acara pembukaan. Setelah Prof. Dien Syamsudin memberikan sambutan, beliau tidak langsung memukul gong, tetapi dipersilakan untuk duduk lagi. Selanjutnya sebuah prosesi khusus menjelang pemukulan gong dimulai. Terdengar musik pengiring berirama khidmat yang mengantarkan masuknya puluhan remaja puteri berseragam putih biru dari sayap kiri dan kanan lapangan sambil membawa properti papan bujur sangkar yang diputar. Setelah mereka memposisikan diri berbanjar di depan, pasukan selanjutnya memasuki lapangan. Mereka terdiri dari ratusan anak-anak TK berseragam kuning, hijau, merah, yang dibimbing oleh guru-gurunya sambil membawa properti semacam kipas bundar berwarna orange dan hijau muda.
Selanjutnya musik berubah menjadi berirama etnis Sunda yang rancak yang kemudian menjadi pengiring tarian yang dilakukan oleh para remaja puteri dan anak-anak TK beserta para gurunya. Para remaja puteri yang berbanjar dengan posisi duduk menarikan semacam tari Saman dan Tor-tor dari Sumatra meski iringannya lagu Sunda. Anak-anak TK pun menari dipandu para gurunya membawakan tarian ceria sambil mengibas-ngibaskan properti kipas yang mereka bawa. Seiring dengan tarian-tarian itu, dua kelompok anak-anak putera dan puteri berseragam merah putih mulai memasuki lapangan, menari sambil berjalan mengikuti irama lagu dengan formasi seperti rangkaian kereta api yang lokomotifnya adalah akhi dan ukhti mereka yang berseragam putih-putih.
Dalam pada itu, Abah Lengser dan dua orang berkostum tokoh utama dalam film Sang Pencerah pun memasuki lapangan menuju tempat paling depan mendekati podium kehormatan tempat Prof. Dien dan gubernur Jabar beserta tamu kehormatan lainnya duduk.
Musik sudah berganti lagi dalam irama pupuh Maskumambang, yang liriknya berisi permohonan kepada Prof Dien Syamsudin sebagai Ketua PP Muhammadiyah untuk berkenan membuka acara.
Atas permintaan Prof. Dien, pemukulan gong dilakukan oleh semua tamu kehormatan yang duduk bersama beliau secara bergantian. Berdentumlah 7 kali bunyi gong sebagai tanda simbolis dibukanya musywil Muhammadiyah Jabar ke-19.
Mengikuti pemukulan gong tersebut, berkumandanglah lagu Mars Musywil yang dinyanyikan 200 anggota paduan suara. Seiring dengan itu pula, para remaja puteri yang tadi menari Saman dan Tor-tor mulai "membuka kartu" dengan mempertunjukan papan-papan bujur sangkarnya yang ternyata adalah 74 buah monogram yang merangkai kalimat : "SELAMAT BERMUSYAWARAH, GERAK MELINTASI ZAMAN, DAKWAH DAN TAJDID MENUJU PERADABAN UTAMA". Rangkaian monogram itupun kemudian menjadi running teks yang mengelilingi lapangan sehingga terbaca oleh semua penonton di sekeliling stadion.
Demikianlah, prosesi dengan durasi kira-kira 12 menit itu berlangsung dengan lancar. Sebuah pertunjukan kolosal hasil kerja bareng seniman senior (Bapak H.T. Supriadi) dan seniman junior (Bapak Asep Hilman Yahya) didukung oleh 600 anak-anak TK/PAUD Aisyiyah se-kota dan kabupaten Tasikmalaya beserta guru-gurunya, 225 murid SD Muhammadiyah, 74 siswi SMP Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah, 200 siswa-siswi SMA Plus Pesantren Amanah dan pesantren At-Tajdid Muhammadiyah, dan 3 pemeran Abah Lengser dan Tokoh film Sang Pencerah.
(dilaporkan oleh DSK untuk www.pesantren-amanah.com)
Minggu, 30 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)