Tujuan dasar dari penciptaan tulisan adalah untuk mewujudkan bahasa secara visual untuk menyampaikan informasi bagi diri kita sendiri atau orang lain. Kaligrafi mencakup dua unsur utama yaitu unsur tulisan yang mengutamakan prinsip keterbacaan dan unsur estetika / seni yang mengutamakan prinsip-prinsip proporsi, komposisi, keseimbangan dan ekspresi.
Dalam dunia tulisan dikenal istilah grafem yaitu suatu simbol yang digunakan dalam suatu sistem tulisan. Simbol ini bermacam-macam seperti Huruf, angka, titik, koma, atau Fathah, kasrah, dlommah, sukun dalam bahasa Arab, atau “karakter” dalam tulisan Tionghoa, atau “curek” dan “pamaeh” dalam aksara Sunda
Sistem tulisan ada beberapa jenis :
1. Sistem logografis yaitu sistem yang memfungsikan grafem untuk menandai satu kata seluruhnya seperti tulisan kanji yang dipakai di Tiongkok (cina)
2. Sistem silabis yaitu sistem yang yang memfungsikan grafem untuk menandai suku kata
3. Sistem Alfabetis yaitu sistem yang memfungsikan grafem untuk menandai bunyi yang terdapat dalam suatu kata seperti yang digunaan dalam tulisan Latin.
4. Sistem Campuran
Semua sistem tulisan yang ada di dunia sifatnya terbatas, oleh sebab itu para ahli bahasa menciptakan suatu sistem tulisan yang disebut International Phonetic Alphabet (IPA) untuk kepentingan menganalisa beraneka ragam sistem tulisan yang terbatas itu.
Salah satu contoh keterbatasan tersebut adalah suatu kenyataan bahwa sebuah sistem tulisan biasanya diperuntukkan bagi orang yang sudah memahami bahasanya (native speaker). Bagi English native speaker misalnya grafem ganda
Tradisi baca-tulis di kalangan bangsa Arab pra-Islam pada umumnya baru tersebar di kalangan tertentu khususnya di kalasngan rahib-rahib Nasrani. Pada masa Islam sistem tulisan Arab ini mengalami perkembangan penyempurnaan seperti apa yang telah dilakukan oleh Imam Abu al-Aswad Ad-Dualy yang telah memberikan tanda titik untuk beberapa grafem yang memiliki kesamaan bentuk sehingga tidak lagi membingungkan.
Sistem tulisan Arab pada masa Islam ini memiliki peran penting dalam proses dakwah Islam. Di samping karena Islam sendiri memang sangat berperan dalam memicu perubahan budaya bangsa Arab, pada Abad ke-13 telah berkembang suatu pandangan bahwa agama dalam hal ini Islam telah mendasari semangat perkembangan IPTEK. Hal ini bisa dibuktikan dengan turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang telah membuka kesadaran pentingnya budaya baca-tulis sebagai titik awal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seiring perkembangan sistem tulisan Arab, berkembang juga berbagai jenis khat (tulisan) kaligrafi Arab. Fleksibilitas sistem tulisan Arab telah menjadikannya mudah beradaptasi dengan beraneka budaya yang dihampirinya. Hal ini terbukti dengan lahirnya jenis-jenis kaligrafi Arab di beberapa daera seperti di Irak muncul Kaligrafi Bagdadi, di Spanyol muncul Kaligrafi Andalusi, di Persia muncul Kaligrafi Farisi atau di Kufah muncul Kaligrafi Kufi, dengan bentuk yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri.
Dalam khazanah ajaran Islam ada sebuah hadis riwayat Said ibnu Hasan tentang larangan menggambar makhluk bernyawa. Hadis itu memang difahami dengan berbagai pendekatan. Ada yang menafsirkan secara kontekstual bahwa Larangan tersebut berlaku pada masa-masa awal pembinaan aqidah umat Islam, ada yang menafsirkan bahwa semua gambar makhluk bernyawa dilarang, ada yang menafsirkan Boleh menggambar makhluk bernyawa tapi tidak utuh, dan beberapa penafsiran lainnya. Sehingga dalam kondisi seperti itu muncul juga kreatifitas para seniman kaligrafi yang di antaranya mereka membuat karya-karya kaligrafi dengan bentuk dasar makhluk hidup seperti burung, kuda, manusia, harimau, dsb.
TULISAN DI RUANG PUBLIK
Seiring perkembangan teknologi, baik tulisan maupun kaligrafi pun ikut berkembang dengan dukungan berbagai media yang dihasilkan perkembangan teknologi. Dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johan Gutenberg, maka tulisan yang tadinya hanya berupa karya tunggal dengan proses kreatif yang panjang menjadi karya yang bisa diproduksi secara massal dengan proses mekanik yang relatif lebih cepat. Apalagi dengan adanya media kertas hasil penemuan bangsa Tiongkok (cina) pada tahun 105 M yang kemudian dikembangkan secara besar-besaran oleh Khalifah Harun Al-Rasyid pada abad ke-8, tulisan dan cetakan semakin berkembang mengantarkan sambil mencatat sejarah peradaban manusia.
Produk cetakan seperti sampul buku atau majalah dalam proses pembuatannya melibatkan berbagai macam keterampilan, terutama pada bidang-bidang seperti Tipografi, Fotografi, Desain grafis, dan Ilustrasi. Apalagi dengan adanya komputer sebagai salah satu produk hasil perkembangan teknologi dapat memungkinkan kita mengerjakan proses penerbitan suatu karya tulis atau desain grafis sendiri. Hal ini disebabkan karena dalam komputer dikembangkan sebuah sistem yang dikenal dengan istilah Desktop Publishing System. Dengan melalui media komputer juga orang bisa membuat desain huruf sendiri, sehingga kalau kita masih ingat film Batman Forever maka kita akan menemukan ada jenis font khusus yang digunakan dalam film tersebut yang sedemikian familiar jika kita melihatnya. Ciri khas seperti itu tentunya tidak terlepas dari seniman yang merancangnya yaitu : Maseeh Rafani dan Mark van Bronkhorst.
Dalam dunia tipografi yang mempelajari berbagai rancangan tipe-tipe tulisan, secara umum ada dua bentuk aksara berdasarkan pada bentuk ujung-ujung dari badan huruf. Kedua bentuk tersebut adalah : kelompok serif dan kelompok san-serif. Berbagai macam bentuk aksara masing-masing memiliki Rasa Bentuk Aksara sendiri-sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari adanya prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam unsur-unsur seni rupa sendiri yaitu garis, bidang, dan warna yang di sisi lain melekat juga pada aksara. Sebagai contoh, garis lurus cenderung membawa rasa tegas dan pasti, garis bergelombang memberikan kesan rasa berlagu atau berlenggok, garis bergerigi membawa kesan rasa tidak stabil, gagap, gelisah, dan sebagainya.
Tulisan di ruang publik ternyata tidak semuanya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi. Hal ini dapat kita amati dari berbagai macam tulisan yang terdapat pada isim atau rajah. Tulisan dalam benda-benda tersebut memang hanya ditulis saja tanpa perlu dipikirkan apa terbaca atau tidak, bahkan ada yang selanjutnya hanya dibungkus dengan kain hitam lalu dijadikan kalung dsb.
Kaligrafi memiliki ciri yang paling mendasar yaitu bahwasanya aksara menjadi objek untuk dieksplorasi sebagai unsur estetis. Seperti halnya dalam seni rupa, seni kaligrafi juga dipengaruhi oleh adanya aliran-aliran seperti Kubisme, Dadaisme, Lettrisme, dll.
Dadaisme merupakan gerakan dalam kesenian, baik dalam seni sastra, seni rupa, maupun teater yang dalam manifestasinya menentang kaidah-kaidah estetika yang sudah mapan / standar.
Di Indonesia banyak para seniman lukis yang karya-karyanya tidak sedikit yang terinspirasi oleh seni kaligrafi Arab. Mereka di antaranya adalah Abay D. Subarna, Ahmad Sadali, A. D. Pirous, dan Amri Yahya.
Halaman Rujukan pada buku KALIGRAFI | ||||||||||||||
3 | 5 | 7 | 8 | 9 | 14 | 19 | 21 | 22 | 31 | 56 | 57 | 58 | 60 | 67 |
70 | 75 | 120 | 122 | 123 | 129 | 131 | 132 | 134 | 137 | 138 | 146 | 148 | 158 | 176 |