Kamis, 12 Juni 2008

RESUME MATERI KALIGRAFI

Tujuan dasar dari penciptaan tulisan adalah untuk mewujudkan bahasa secara visual untuk menyampaikan informasi bagi diri kita sendiri atau orang lain. Kaligrafi mencakup dua unsur utama yaitu unsur tulisan yang mengutamakan prinsip keterbacaan dan unsur estetika / seni yang mengutamakan prinsip-prinsip proporsi, komposisi, keseimbangan dan ekspresi.

Dalam dunia tulisan dikenal istilah grafem yaitu suatu simbol yang digunakan dalam suatu sistem tulisan. Simbol ini bermacam-macam seperti Huruf, angka, titik, koma, atau Fathah, kasrah, dlommah, sukun dalam bahasa Arab, atau “karakter” dalam tulisan Tionghoa, atau “curek” dan “pamaeh” dalam aksara Sunda

Sistem tulisan ada beberapa jenis :

1. Sistem logografis yaitu sistem yang memfungsikan grafem untuk menandai satu kata seluruhnya seperti tulisan kanji yang dipakai di Tiongkok (cina)

2. Sistem silabis yaitu sistem yang yang memfungsikan grafem untuk menandai suku kata

3. Sistem Alfabetis yaitu sistem yang memfungsikan grafem untuk menandai bunyi yang terdapat dalam suatu kata seperti yang digunaan dalam tulisan Latin.

4. Sistem Campuran

Semua sistem tulisan yang ada di dunia sifatnya terbatas, oleh sebab itu para ahli bahasa menciptakan suatu sistem tulisan yang disebut International Phonetic Alphabet (IPA) untuk kepentingan menganalisa beraneka ragam sistem tulisan yang terbatas itu.

Salah satu contoh keterbatasan tersebut adalah suatu kenyataan bahwa sebuah sistem tulisan biasanya diperuntukkan bagi orang yang sudah memahami bahasanya (native speaker). Bagi English native speaker misalnya grafem ganda terkadang dibaca tidak seperti adanya grafem tersebut, tergantung konteks katanya. Dalam kata night dan through grafem ini malah hilang dari ucapan, dalam kata ghost yang terdengar hanya , dalam kata enough jadi dan seterusnya.

Sistem tulisan mempunyai sejarah perkembangan yang cukup panjang dan sepertinya memiliki keterkaitan satu sama lain. Di Mesir ada tulisan kuno hieroglif, tulisan Arab Hijaiyah dulunya berkembang dari sistem tulisan Aramaik, Bangsa Yunani pun mengembangkan sistem tulisan Phoenicia menjadi tulisan Latin yang kita kenal saat ini, dan seterusnya sistem tulisan Phoenicia inipun digunakan oleh orang-orang Roma (Italia), Euboea, Etruria, dan bangsa Eropa lainnya.




Tradisi baca-tulis di kalangan bangsa Arab pra-Islam pada umumnya baru tersebar di kalangan tertentu khususnya di kalasngan rahib-rahib Nasrani. Pada masa Islam sistem tulisan Arab ini mengalami perkembangan penyempurnaan seperti apa yang telah dilakukan oleh Imam Abu al-Aswad Ad-Dualy yang telah memberikan tanda titik untuk beberapa grafem yang memiliki kesamaan bentuk sehingga tidak lagi membingungkan.

Sistem tulisan Arab pada masa Islam ini memiliki peran penting dalam proses dakwah Islam. Di samping karena Islam sendiri memang sangat berperan dalam memicu perubahan budaya bangsa Arab, pada Abad ke-13 telah berkembang suatu pandangan bahwa agama dalam hal ini Islam telah mendasari semangat perkembangan IPTEK. Hal ini bisa dibuktikan dengan turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang telah membuka kesadaran pentingnya budaya baca-tulis sebagai titik awal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seiring perkembangan sistem tulisan Arab, berkembang juga berbagai jenis khat (tulisan) kaligrafi Arab. Fleksibilitas sistem tulisan Arab telah menjadikannya mudah beradaptasi dengan beraneka budaya yang dihampirinya. Hal ini terbukti dengan lahirnya jenis-jenis kaligrafi Arab di beberapa daera seperti di Irak muncul Kaligrafi Bagdadi, di Spanyol muncul Kaligrafi Andalusi, di Persia muncul Kaligrafi Farisi atau di Kufah muncul Kaligrafi Kufi, dengan bentuk yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri.

Dalam khazanah ajaran Islam ada sebuah hadis riwayat Said ibnu Hasan tentang larangan menggambar makhluk bernyawa. Hadis itu memang difahami dengan berbagai pendekatan. Ada yang menafsirkan secara kontekstual bahwa Larangan tersebut berlaku pada masa-masa awal pembinaan aqidah umat Islam, ada yang menafsirkan bahwa semua gambar makhluk bernyawa dilarang, ada yang menafsirkan Boleh menggambar makhluk bernyawa tapi tidak utuh, dan beberapa penafsiran lainnya. Sehingga dalam kondisi seperti itu muncul juga kreatifitas para seniman kaligrafi yang di antaranya mereka membuat karya-karya kaligrafi dengan bentuk dasar makhluk hidup seperti burung, kuda, manusia, harimau, dsb.

TULISAN DI RUANG PUBLIK

Seiring perkembangan teknologi, baik tulisan maupun kaligrafi pun ikut berkembang dengan dukungan berbagai media yang dihasilkan perkembangan teknologi. Dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johan Gutenberg, maka tulisan yang tadinya hanya berupa karya tunggal dengan proses kreatif yang panjang menjadi karya yang bisa diproduksi secara massal dengan proses mekanik yang relatif lebih cepat. Apalagi dengan adanya media kertas hasil penemuan bangsa Tiongkok (cina) pada tahun 105 M yang kemudian dikembangkan secara besar-besaran oleh Khalifah Harun Al-Rasyid pada abad ke-8, tulisan dan cetakan semakin berkembang mengantarkan sambil mencatat sejarah peradaban manusia.

Produk cetakan seperti sampul buku atau majalah dalam proses pembuatannya melibatkan berbagai macam keterampilan, terutama pada bidang-bidang seperti Tipografi, Fotografi, Desain grafis, dan Ilustrasi. Apalagi dengan adanya komputer sebagai salah satu produk hasil perkembangan teknologi dapat memungkinkan kita mengerjakan proses penerbitan suatu karya tulis atau desain grafis sendiri. Hal ini disebabkan karena dalam komputer dikembangkan sebuah sistem yang dikenal dengan istilah Desktop Publishing System. Dengan melalui media komputer juga orang bisa membuat desain huruf sendiri, sehingga kalau kita masih ingat film Batman Forever maka kita akan menemukan ada jenis font khusus yang digunakan dalam film tersebut yang sedemikian familiar jika kita melihatnya. Ciri khas seperti itu tentunya tidak terlepas dari seniman yang merancangnya yaitu : Maseeh Rafani dan Mark van Bronkhorst.

Dalam dunia tipografi yang mempelajari berbagai rancangan tipe-tipe tulisan, secara umum ada dua bentuk aksara berdasarkan pada bentuk ujung-ujung dari badan huruf. Kedua bentuk tersebut adalah : kelompok serif dan kelompok san-serif. Berbagai macam bentuk aksara masing-masing memiliki Rasa Bentuk Aksara sendiri-sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari adanya prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam unsur-unsur seni rupa sendiri yaitu garis, bidang, dan warna yang di sisi lain melekat juga pada aksara. Sebagai contoh, garis lurus cenderung membawa rasa tegas dan pasti, garis bergelombang memberikan kesan rasa berlagu atau berlenggok, garis bergerigi membawa kesan rasa tidak stabil, gagap, gelisah, dan sebagainya.

Tulisan di ruang publik ternyata tidak semuanya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi. Hal ini dapat kita amati dari berbagai macam tulisan yang terdapat pada isim atau rajah. Tulisan dalam benda-benda tersebut memang hanya ditulis saja tanpa perlu dipikirkan apa terbaca atau tidak, bahkan ada yang selanjutnya hanya dibungkus dengan kain hitam lalu dijadikan kalung dsb.

Kaligrafi memiliki ciri yang paling mendasar yaitu bahwasanya aksara menjadi objek untuk dieksplorasi sebagai unsur estetis. Seperti halnya dalam seni rupa, seni kaligrafi juga dipengaruhi oleh adanya aliran-aliran seperti Kubisme, Dadaisme, Lettrisme, dll.

Dadaisme merupakan gerakan dalam kesenian, baik dalam seni sastra, seni rupa, maupun teater yang dalam manifestasinya menentang kaidah-kaidah estetika yang sudah mapan / standar.

Di Indonesia banyak para seniman lukis yang karya-karyanya tidak sedikit yang terinspirasi oleh seni kaligrafi Arab. Mereka di antaranya adalah Abay D. Subarna, Ahmad Sadali, A. D. Pirous, dan Amri Yahya.


Halaman Rujukan pada buku KALIGRAFI

3

5

7

8

9

14

19

21

22

31

56

57

58

60

67

70

75

120

122

123

129

131

132

134

137

138

146

148

158

176

Minggu, 01 Juni 2008

RESUME MATERI TOPENG

RESUME MATERI TOPENG

Sebagai produk budaya yang terdapat hampir di semua belahan dunia, topeng memiliki sebutan atau istilah tertentu di daerahnya masing-masing, seperti di daerah Dayak yang biasa disebut dengan istilah : Hudoq

Budaya topeng menjadi salah satu media pencatat sejarah kebudayaan umat manusia sepanjang jaman. Hal ini disebabkan hal-hal berikut ini :

1. Banyaknya penemuan arkeologis berupa topeng

2. Dari bentuk dan karakter topeng dapat dilacak tradisi yang berkembang di suatu daerah

3. Perkembangan teknologi di suatu daerah dapat dilacak dari bahan pembuatan topeng

4. Keanekaragaman bentuk topeng mencerminkan keanekaragaman budaya yang berkembang

Di antara aktifitas-aktifitas seni budaya berikut ini, yang mempergunakan jenis topeng besar adalah :

1. Kesenian ondel-ondel dari Betawi

2. Kesenian Barongsai dari Cina

3. Kesenian Reyog dari Ponorogo

4. Kesenian Sisingaan dari Subang

Di antara pernyataan-pernyataan berikut ini yang erat kaitannya dengan perwujudan fisik topeng adalah : Pada umumnya topeng mencerminkan muka/wajah

Dengan memperhatikan unsur-unsur muka dalam topeng, maka di antara benda-benda berikut, yang termasuk kategori topeng hanya ketika benda itu dikenakan / dipakai adalah : Kain masker

Di antara hal-hal berikut ini yang tidak mendasari pemilihan bahan untuk pembuatan topeng adalah :

1. Tradisi, kepercayaan, atau sejarah yang panjang

2. Keinginan atau gagasan pembuat topeng

3. Ketersediaan bahan yang ada

4. Daya tahan bahan sesuai peruntukan topengnya.

Berdasarkan fungsi dan kebutuhan pemakaiannya, ada topeng yang dibuat untuk waktu yang relatif singkat seperti topeng yang dibuat dari bahan : Dedaunan

Bila ada topeng emas yang dibuat oleh sekelompok masyarakat, besar kemungkinan bahwa :

Masyarakat tersebut telah mengenal teknologi pengolahan emas

Meskipun masyarakat Bali telah mengenal bahan pewarna sintetis seperti cat minyak, akan tetapi mereka lebih memilih bahan pewarna hasil teknologi tradisional. Ini menandakan bahwa mereka masih sangat memperhatikan aspek : Idiom atau estetika

Dalam teknologi pewarnaan tradisional dikenal sejenis cairan yang dibuat dari bahan organik tulang ikan. Bahan ini dikenal dengan istilah : ancur

Warna putih dapat dibuat secara tradisional dari bahan : Tulang binatang

Yang menjadi alasan mengapa kayu menjadi bahan topeng yang paling umum dipakai adalah :

1. Termasuk bahan yang mudah didapat

2. Termasuk bahan yang mudah diproses (diukir)

3. Topeng kayu relatif ringan

4. Kayu termasuk bahan yang relatif murah harganya

Jenis kayu yang tidak cocok untuk membuat topeng dengan motif ukiran yang rumit di bawah ini adalah : Kayu Randu

Pengerjaan topeng kayu pada tahap awal menggunakan salah satu di antara peralatan berikut : Kapak & gergaji

Di antara pernyataan-pernyataan berikut, yang menjadi alasan utama secara estetis mengapa bagian dalam topeng ada yang dilukis seindah bagian luarnya adalah :

Keindahan topeng tidak hanya penting bagi penonton

Pada umumnya topeng dari logam tidak mengalami proses pewarnaan. Hal ini disebabkan karena :

Logam telah mempunyai karakter warna yang khas terutama setelah proses penggosokan

Topeng yang hampir tidak mengalami proses pengkaratan dan pelapukan sehingga dapat bertahan sampai ribuan tahun, pada umumnya terbuat dari bahan : Tanah liat

Di Italia terdapat tradisi topeng yang disebut commedia dell ‘arte. Topeng tersebut memiliki karakteristik bahan dan bentuk muka sebagai berikut : Kulit, setengah muka

Dengan melihat teksturnya, topeng di atas merupakan topeng yang dibuat dari bahan : Kapuk / kapas

Urutan yang tepat dalam tahap-tahap pembuatan topeng kertas di bawah ini adalah :

Membuat desain – membuat model – menempel kertas – mewarnai.

Dalam tahap penempelan bahan pada proses pembuatan topeng kertas sebaiknya digunakan warna kertas yang berbeda untuk setiap lapisan. Hal ini dimaksudkan agar :

Mempermudah pengaturan ketebalan permukaan topeng

Pemakaian bahan bubur kertas dalam proses pembuatan topeng kertas dimaksudkan terutama untuk : Menciptakan tekstur khusus

Topeng dari buah labu (pumpkin) yang dikosongkan isinya, biasa dibuat oleh orang Amerika dalam perayaan : Halloween day

Sirih, pinang dan kapur, apabila dilumatkan jadi satu dalam sedikit air akan menghasilkan warna : Merah

Bila penari topeng harus memilih salah satu di antara beberapa kriteria topeng, maka untuk kebutuhan tariannya dia akan cenderung memilih : Topeng yang ekspresinya baik

Meskipun pak Wondo seorang petani ia sering juga diminta oleh beberapa seniman tari untuk membuatkan topeng bagi mereka, karena topeng hasil karyanya memang berkualitas baik. Dalam konteks kultural pak Wondo termasuk seniman : Generalis

Pak Wondo seperti dijelaskan di atas termasuk seniman yang profesional, sebab :

Karyanya memenuhi kriteria kualitas artistik dan keselarasan fungsional.

Dunia pariwisata memiliki andil besar dalam mendukung perkembangan karya seni secara ekonomis, tetapi hal ini secara umum dapat membentuk karakter apresiasi seni yang “dangkal”. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti tujuan utama wisatawan hanya untuk rekreasi, waktu kunjungan yang relatif singkat, karya seni dihasilkan untuk memenuhi tuntutan pasar. Meskipun demikian, ada juga beberapa wisatawan yang tertarik mendalami kualitas substansi atau originalitas karya seni.

Beberapa permasalahan mendasar berkaitan dengan upaya pendekatan konteks dalam memahami nilai dan makna topeng adalah :

1. Aspek fungsi karya seni topeng

2. Aspek praktik yang mencakup pengaturan waktu dan tempat penggunaan karya topeng

3. Aspek hubungan antara kesenian, seniman, penyelenggara, dan penontonnya

Lingkup budaya yang melingkungi manusia sejak lahir terdiri dari lingkup material, fisik, dan spiritual. Yang termasuk dalam lingkup budaya fisik di bawah ini adalah :

Etika duduk dan berjalan

Karya seni tradisional berkaitan erat dngan nilai sosio-kultural dan nilai personal. Yang termasuk nilai-nilai personal di antara pilihan-pilihan berikut adalah : Interpretasi masyarakat

Aktifitas seni tradisi yang biasa dilaksanakan untuk kepentingan komunal di antaranya adalah :Tari Topeng dalam acara ngarot di Indramayu

Sedangkan untuk kepentingan individual di antaranya :

Musik degung dalam acara pernikahan, Pagelaran Sisingaan dalam acara khitanan, Tari Topeng dalam upacara ngaben di Bali, Musik kasidahan pada acara syukuran naik haji

Cara pandang terhadap suatu bentuk pagelaran kesenian dapat dilakukan melalui sisi sifatnya yang sekular atau sakral. Yang termasuk contoh pagelaran kesenian yang bersifat sekular di bawah ini adalah : Topeng pajegan sebagai kesenian balih-balihan

Dalam pagelaran topeng pajegan pada upacara pendeta, topeng difungsikan sebagai : Media upacara

Panggung prosenium dan panggung arena adalah dua jenis panggung yang dibedakan berdasarkan :

Letak panggung dan arah hadap penontonnya

Gambar di atas adalah salah satu bentuk pertunjukan seni topeng di Sumatra Barat yang dilakukan sambil meminta sumbangan sukarela dari masyarakat. Pertunjukan tersebut dikenal dengan nama : Cimuntu

“Kita semua hidup dengan banyak topeng yang dipakai bergantian sesuai dengan situasinya”. Istilah topeng dalam ungkapan tersebut ditafsirkan sebagai metafor dari Sikap, Penampilan, Tatakrama, Adab / sopan santun yang biasa diterapkan seseorang.

Kesenian topeng berkaitan erat dengan aspek penyembunyian dan penampakan. Pengalaman dan hasrat manusia terhadap kedua aspek tersebut telah dimulai sejak awal kehidupan yang salah satunya dapat dilihat dalam permainan “ciluk ba”. Permainan ini melibatkan perasaan-perasaan kehilangan, penasaran, terkejut, senang, dan ceria.

Penari Topeng harus bisa menghidupkan topeng yang akan ditarikannya. Terutama jika topeng yang dipakai sudah ada sebelumnya. Namun jika penari sudah memiliki gambaran jiwa topeng yang akan ditarikannya kemudian dia mencari, memesan atau membuat sendiri topeng yang sesuai dengan karakter yang diinginkan penari, maka penari tidak susah lagi untuk menghidupkan topengnya.

Di samping latihan fisik, seorang penari topeng perlu juga melakukan latihan metafisik yang ditujukan untuk mengasah ketajaman rasa atau melatih kepekaan perasaan.

Dalam konteks profesionalisme, menjadi seniman itu tidak ada bedanya dengan menjadi petani, pedagang, politikus, militer, guru, dan profesi lainnya artinya kesuksesan profesi tersebut memerlukan usaha yang serius, totalitas, dan kedisiplinan.

Seorang seniman besar dari Spanyol yaitu Pablo Picasso mengatakan :’Seni adalah kebohongan yang membuat kita dapat menemukan kebenaran”.

Maka kebohongan dalam seni berbeda dengan kebohongan dalam tindakan penipuan. Kebohongan dalam seni menjadi kebohongan yang positif karena memang dikehendaki atau disenangi oleh khalayak. Seorang penari topeng yang sedang beraksi di depan penonton akan dipuji penonton jika dia berhasil “membohongi” penonton dengan berperan sesuai karakter topeng yang dipakainya, bukan berperan sebagai dirinya.

Halaman Rujukan pada buku Topeng








3

4

6

33

51

105

106

107

109

110

113

115

118

120

123

124

127

130

133

134

135

139

140

142

149

153

165

168

175

177

178

179

180